Radical | Conservative | Liberal | Humanist | Progressive | Socialist | Democracy |
Radikal merupakan ideologi yang berdasarkan paham atau aturan yang menginginkan suatu perubahan atau pembaruan sosial dan politik dengan cara kekerasan dan drastis (Yunus, 2017). | Ideologi pendidikan konservatisme adalah ideologi pendidikan yang berlandaskan pada prinsip pelestarian, sudah teruji dan siap diimplementasikan sehingga keberlangsungan pendidikan dapat berjalan dengan lancar. Paham ideologi konservatif memandang bahwa ketidaksederajatan masyarakat merupakan suatu hukum alami yang tidak dapat dihindari dan sudah merupakan ketentuan sejarah (Rohman, 2014). | Liberal merupakan ideologi yang memberikan kebebasan dalam proses belajarnya. Sehingga siswa bisa lebih leluasa untuk menentukan gaya belajarnya sendiri. | Humanisme merupakan ideologi pendidikan dengan menumbuhkembangkan prinsip-prinsip humanisme untuk mendorong siswa agar dapat bekerja dengan mandiri, terutama ketika mengerjakan soal-soal matematika. | Progresivisme merupakan ideologi pendidikan yang berpusat pada pengembangan kemampuan siswa sebagai tujuan utamanya. Sejalan dengan itu, progresivisme menolak pendidikan otoriter yang terjadi di masa lalu dan sekarang (Mualifah, 2013). | Sosialisme adalah ideologi yang beranggapan bahwa pemilikan bersama merupakan cara hidup yang paling baik (Wikandaru & Cahyo, 2016). Ideologi pendidikan sosialis memuat prinsip-prinsip kebersamaan dan pendidikan harus diberlakukan menyeluruh, tanpa terkecuali. Dalam pembelajaran matematika, siswa dapat berdiskusi dengan teman dalam kelompok, sehingga ketika siswa mendapatkan soal yang sulit dapat dibantu oleh temannya. | Ideologi ini menekankan terhadap nilai-nilai persamaan hak dan kewajiban peserta didik. Demokrasi pendidikan hanya dapat diwujudkan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis (Setiyadi, 2008). Siswa pun dapat menyampaikan pendapatnya baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
|
Kesimpulan:
Demokrasi pendidikan lebih cocok diterapkan di lingkungan sekolah karena mengutamakan dan mementingkan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama dalam berlangsungnya proses pendidikan antara guru dan siswa yang pengelolaannya berlangsung tanpa memandang suku, kebangsaan, agama maupun ras. Pendidikan yang demokratis adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapat pendidikan di sekolah sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini, siswa dapat bebas untuk mengungkapkan pendapat dan menyampaikan pikirannya.
Activity 2 – Nature of education
Obligation | Preserving | Exploiting | Transforming | Liberating | Needs | Democracy | Others |
Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan pokok yang harus dimiliki manusia untuk dapat mempertahankan hidup. | Pendidikan sebagai bentuk perwujudan pelestarian terhadap nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan negara. | Eksploitasi menekankan pada pengalaman individu sebagai subjek utama pendidikan. | Pendidikan menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kehidupan baik sekarang ataupun di masa yang akan datang. Tujuan transformasi pendidikan yaitu untuk membentuk dan menghasilkan manusia yang siap dalam menghadapi tantangan perubahan globalisasi (Rinawati, 2015). Adapun contoh transformasi pendidikan yaitu saat ini pembelajaran dilakukan secara daring dan berbasis teknologi. | Liberalisasi pendidikan adalah manifestasi adanya globalisai Pendidikan (Rahayu, 2016) dan juga memberikan kebebasan pada pendidikan untuk berkarya dan tidak terbatas pada suatu ketentuan tertentu. Siswa dapat menuangkan hasil pikirannya ke dalam bentuk karya, baik gambar, tulisan, dan lain-lain. | Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan (Sanaky, 1999). Pendidikan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk memenuhi keberlangsungan hidup mereka. | Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik agar semakin dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi, agar perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis. Pendidikan yang demokratis mempunyai ciri adanya suasana belajar yang berkemampuan optimal menumbuhkan potensi peserta didik untuk tujuan tertentu (Pusposari, 2017). | - |
Kesimpulan:
Transforming lebih cocok untuk diterapkan dalam dunia pendidikan karena perkembangan teknologi juga diiringi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, pendidikan harus fleksibel dan terus berubah atau dinamis sehingga menyesuaikan dengan perubahan jaman. Perubahan tersebut dilaksanakan bukan semata-mata hanya untuk menyesuaikan materi saja, namun juga untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan aplikasi di dunia nyata. Salah satu contoh transformasi pendidikan yaitu di masa pandemi seperti sekarang, pendidikan dipaksa mampu menyesuaikan keadaan. Pembelajaran yang dulunya dilakukan dengan tatap muka di kelas, kini bertransformasi menjadi pembelajaran daring.
Activity 3 – Nature of Mathematics
Body of knowledge | Science of truth | Structure of truth | Process of thinking | Social activities |
Matematika merupakan teori yang sudah dibuktikan dan dapat dijadikan landasan untuk teori yang lainnya. Menurut Russeffendi, matematika lebih menekankan pada kegiatan rasio (penalaran), bukan menekankan pada hasil eksperimen atau hasil observasi matematika (Rahmah, 2018). | Kebenaran matematika dapat dibuktikan dan bersifat mutlak tetapi tidak menutup kemungkinan selalu mutlak jika dapat dibuktikan kontradiksinya. | Matematika yang terbentuk dari pengalaman manusia secara empiris, kemudian pengalaman tersebut diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kogntif sehingga terbentuk konsep-konsep matematika yang mudah dipahami dan dimanipulasi dengan tepat (Rahmah, 2018). | Pengunaan teorema dan sifat-sifat dapat diperbolehkan secara induktif atau empiris, namun untuk mencapai suatu kebenaran harus ditentukan dengan langkah deduktif sesuai dengan strukturnya (Rahmah, 2018). Matematika bersifat deduktif sehingga perlu dibuktikan dan dalam proses pembuktian tersebut memerlukan proses dan percobaan yang berulang sampai menemukan suatu kesimpulan. | Matematika merupakan ilmu terapan. Matematika dapat digunakan oleh siapapun dalam aktifitas sehari-hari. Penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari yaitu matematika sederhana, dalam hal ini misalnya ialah berhitung aritmatika. |
Kesimpulan:
Matematika adalah ilmu eksak. Ilmu ini dapat dibuktikan kebenarannya melalui berbagai macam metode seperti deduksi, induksi, ataupun kontradiksi. Oleh karena itu, science of truth cocok untuk diterapkan, sehingga dengan demikian matematika dapat dianggap sebagai panutan karena sifatnya yang eksak. Matematika bukan hanya sebagai teori namun sebagai acuan dalam menentukan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Activity 4 – The nature of school mathematics
Search for pattern and relation | Problem solving | Investigation/research | Communication |
Baharuddin (2010:12) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman (Afandi et al., 2013). Esensi dari belajar matematika yaitu memberikan kesempatan bagi siswa untuk terus mencoba dan mencari pengalaman. | Pemecahan masalah merupakan salah satu bagian dari standar kompetensi atau kemahiran matematika yang diharapkan, setelah pembelajaran siswa dituntut dapat menunjukkan kemampuan untuk membuat atau merumuskan, menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah (Permatasari et al., 2014). Contohnya ketika siswa ingin menyelesaikan soal cerita, maka siswa membuat model matematika terlebih dahulu dari permasalahan tersebut. | Matematika sebagai sarana pendukung siswa dalam mengkontruksi pengetahuan dan keterampilan berhitung dengan matematika. Contohnya siswa belajar untuk memahami permasalahan dalam soal cerita dan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. | Matematika sebagai sarana dan media komunikasi yang dapat dimengerti oleh orang lain. Kemampuan komunikasi matematika siswa dapat ditingkatkan dengan pemberian latihan yang memadai dalam melatih komunikasi siswa (Swari et al., 2019). Siswa dapat berdiskusi dengan teman maupun bertanya kepada guru ketika kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru.
|
Kesimpulan:
Problem solving sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika karena pendekatan ini bertujuan untuk melatih siswa, tidak hanya untuk dapat menyelesaikan soal tetapi juga harus mengerti permasalahan dan memahami arti dari masalah tersebut, serta dapat menyelesaikannya dengan baik sesuai dengan kaidah matematika.
Activity 5 – Moral of mathematics Education
Good vs bad | Pragmatism | Hierarkhies paternalistics | Humanity | Justice, freedom | Others |
Matematika adalah alat. Pemanfaatan dari alat tersebut sangat bergantung kepada penggunanya. | Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan kebenarannya. Pemanfaatan matematika dalam kehidupan nyata hampir selalu dibutuhkan. Matematika ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mengukur luas dan volume benda | Matematika dapat dijabarkan dan dipelajari secara terstruktur. Dengan demikian, matematika dapat memancing dan meningkatkan kemampuan berpikir logis matematis siswa. | Matematika berada dalam nilai–nilai humanis manusia. | Matematika harus mencerminkan perannya dan memberikan dampak yang signifikan terhadap aktifitas akademik maupun non-akademik. | - |
Kesimpulan:
Matematika merupakan ilmu terapan yang manfaatnya banyak diaplikasikan. Aplikasi matematika dapat dijumpai mulai dari dalam proses kehidupan sehari-hari sampai dengan teknologi seperti smartphone, laptop, kamera, dll. Oleh karena itu, penerapan pragmatism lebih cocok untuk diterapkan.
Activity 6 – Value Mathematics Education
Intrinsik | Ekstrinsik | Sistemik |
Faktor dari dalam diri siswa untuk belajar matematika memiliki kontribusi yang besar dan menjadi penentu keberhasilan siswa. Motivasi belajar matematika adalah proses yang terjadi akibat unsur intrinsik sebagai keinginan siswa dalam mencapai target terntu. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan mengambil suatu kegiatan yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan baru (Vidiya Risna Dewi, Syamsuri, 2019). Siswa yang mempunyai motivasi dalam diri untuk belajar lebih giat, maka hasil belajar siswa pun menjadi lebih bagus | Pendidikan matematika mempunyai faktor eksternal yang dapat membina minat belajar siswa seperti dengan diberikannya ilustrasi, dengan menggunakan alat peraga maupun teknologi. Faktor lingkungan pun juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Ketika siswa berada di lingkungan yang positif, maka motivasi belajar siswa pun menjadi lebih baik lagi. | Pembelajaran matematika adalah suatu proses sistemik, interaktif dan komunikatif untuk mengkaji bahasa simbol berdasarkan pikiran yang secara multiarah dilakukan oleh siswa dan guruserta lingkungan belajar (Saputra, 2018). Pembelajaran matematika dilaksanakan dengan terstruktur, baik secara materi maupun teknik penyampaiannya sehingga memiliki alur dan harapannya dapat diikuti dengan mudah oleh siswa. |
Kesimpulan:
Nilai sistemik cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran matematika karena siswa cenderung lebih mengerti hal-hal yang bersifat terstruktur, jelas, interaktif, tidak membosankan, dan mudah untuk dimengerti. Namun, hal ini juga bergantung terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh guru saat proses pembelajaran.
Activity 7 – The nature of student
Empty vessel | Character building | Creativity | Growing like a seed constructing | Others |
Siswa dianalogikan sebajana kosong akan ilmu pengetahuan. Guru sebagai tenaga pendidik harus mengisi dengan ilmu pengetahuan dengan cara yang bervariasi mulai dari belajar rutin, belajar extra, sampai dengan memberi pekerjaan rumah. | Pendidikan karakter adalah sebuah proses pemberian tuntunan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter (Farida, 2010). Siswa dibentuk untuk melatih cara berpikir mereka dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru tidak memiliki peran banyak, melainkan siswa sendiri yang berkembang membentuk karakter belajarnya. Karakter siswa dapat ditanamkan saat proses pembelajaran berlangsung dan pihak sekolah juga dapat mengadakan kegiatan character building agar dapat mengubah karakter siswa yang belum baik maupun menjadikan siswa yang sudah berkarakter baik agar tetap mempertahankan perilakunya. | Sifat kreatifitas siswa merupakan salah satu sifat yang perlu diperhatikan. Dengan berfikir kreatif siswa mampu berfikir cara atau hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Potensi ini perlu digali lagi oleh guru sebagai fasilitator siswa. Misalnya saja dalam pembelajaran, siswa dilibatkan untuk membuat media pembelajaran sendiri yang dapat memudahkan siswa dalam mempelajari materi. | Siswa dianalogikan seperti tanaman, dimana guru berperan untuk memupuk, menyiram, dan membuat tanaman itu berbuah. Dengan demikian peran guru adalah membantu siswa itu sendiri untuk berkembang dan berbuah. | - |
Kesimpulan:
Proses belajar siswa bukan hanya tentang mengejakan soal dan menghafal. Proses belajar siswa yang baik adalah dengan menerapkan pembangunan karakter untuk melatih pribadi siswa agar mandiri, tangguh, dan sadar akan kewajibannya untuk belajar dan menuntut ilmu. Oleh karena itu, character building lebih tepat untuk diterapkan kepada siswa.
Activity 8 – The nature of student ability
Talent given | Effort | Need | Competency | Culture | Contextual | Others |
Kemampuan dan kecerdasan siswa yang diperoleh sejak lahir dan memiliki tingkat yang berbeda-beda. Siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi biasanya bisa mengerjakan soal-soal yang tingkatannya lebih tinggi atau HOTS. | Effort dipandang sebagai sarana penting untuk membantu siswa berhasil dalam mencapai pembelajaran tujuan mereka (Barnett et al., 2014). Siswa memahami konsep matematika dengan berbagai cara seperti bertanya kepada teman maupun guru, membaca buku, dan mengerjakan latihan soal. | Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dari siswa itu sendiri. Kebutuhan siswa dapat dipenuhi oleh guru melalui strategi pengajaran yang tepat. Siswa dalam belajar matematika memiliki beberapa gaya belajar. Ada siswa yang memiliki gaya belajar visual, maka guru memenuhi kebutuhan siswa dengan pembelajaran yang menyertakan visual. | Kemampuan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dimiliki atau dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Kompetensi matematika siswa dapat tercapai setelah saat siswa mampu untuk memahami dan memecahkan masalah matematis. | Konteks budaya tidak hanya memegang peranana penting dalam mata pelajaran kemanusiaan, tetapi juga berperan penting di dalam mata pelajaran matematika (Simamora et al., 2018). Budaya sangat relevan dengan pendidikan. Oleh sebab itu budaya dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan dan juga memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Produk budaya berupa artefak, benda konkrit hasil kecerdasan manusia atau leluhur nilai-nilai terdidik atau lingkungan siswa di mana budaya itu berada dapat digunakan sebagai inspirasi menemukan kembali konsep matematika. | Kemampuan belajar siswa berdasarkan pengalaman sehari-hari yang dijumpai. Proses ini dapat diperoleh siswa melalui suatu pengkoordinasian yang melibatkan konteks sosial dan fisik, sehingga setting pembelajaran dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan kelas. Pembelajaran kontekstual pada bab sistem persamaan linier dua variabel, dengan diawali pengambilan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Siswa lebih mudah menyelesaikan dan dapat menerapkannya. | - |
Kesimpulan:
Kemampuan siswa dapat ditingkatkan dengan banyak metode sesuai dengan karakternya. Namun, salah satu metode yang bersifat general atau umumnya dilakukan adalah dengan “berusaha”. Usaha adalah yang utama. Tidak ada keberhasilan tanpa adanya usaha. Oleh karena itu kemampuan untuk terus berusaha ini yang cocok untuk paling utama dibangun. Jadi, effort lebih tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Activity 9 – The Aim of Mathematics Education
Back to basic (Arithmetic) | Certification | Transfer of Knowledge | Creativity | To develop people comprehensively |
Penguasaan keterampilan dasar sehingga dapat dikatakan segalanya harus dimulai dari yang dasar ke tingkatan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar bagi para siswa adalah dimilikinya keterampilan berpikir matematik yang memadai, karena siswa harus dipersiapkan sikap dan mentalnya untuk menghadapi situasi dan kondisi perkembangan globalisasi dunia dan transfer ilmu, teknologi dan informasi di masa depan. | Matematika berguna pada level yang cocok atau yang lebih spesifik dan berpusat pada industry. Selain itu, kecakapan yang ingin dicapai adalah literasi digital (digital literacy) selain sejumlah kecakapan strategis lain yang sering disebut kecakapan abad 21 (Mahmudi, 2019). | Siswa diharapkan menyalurkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain. Siswa diajarkan untuk saling berbagi ilmu, dalam artian ketika siswa sudah bisa memahami materi, maka dia dapat mengajari temannya yang belum memahami materi. | Kreativitas merangsang anak untuk berpikir lebih jauh dan lebih dalam tentang segala pertanyaan-pertanyaan yang ia punya. Saat pembelajaran, siswa diajak untuk mengembangkan kreativitas berpikir maupun rasa ingin tahu dan dapat bertanya kepada guru. | Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan terhadap kecerdasan dan wawasan seluas luasnya. Di samping itu, menyelesaikan soal matematika menggunakan konteks sangat penting digunakan dalam pembelajaran karena merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk membantu menggunakan kemampuan matematikanya dalam kehidupan sehari-hari (Parnabhhakti & Ulfa, 2020). |
Kesimpulan:
To develop people comprehensively cocok untuk diterapkan pada pendidikan di Indonesia. Pendidikan dicari bukan hanya untuk membuat siswa menjadi lebih pintar secara ilmu saja, namun juga siswa harus dapat mengembangkan talenta yang dimilikinya. Siswa seringkali tidak menyadari bahwa sesungguhnya dirinya memiliki bakat atau talenta yang terpendam, tidak berani mengembangkan karena arahan dan harapan orang tua atau karena tidak ada kesempatan.
Activity 10 – Nature of Learning
Work Hard, Exercise, Drill, Memorize | Thinking and Practice | Understanding and Application | Exploration | Discussion, Autonomy, Self |
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kerja atau kerja keras dan merupakan salah satu kunci menuju kesuksesan hidup. Contohnya adalah siswa diberikan latihan-latihan soal sehingga siswa dapat belajar dan mengingar materi dengan baik. | Pembelajaran merupakan rangkaian proses yang dilakukan peserta didik dan pendidik dengan harapan dapat membantu peserta didik untuk lebih berfikir terhadap pengetahuan yang diberikan oleh pendidik. Siswa diberikan studi kasus dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. | Belajar dianggap berhasil jika peserta didik dapat memahami lingkunganya dan dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat (Qodir, 2017) bahwa proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Siswa dapat memahami materi ketika mereka menerapkan sendiri apa yang telah dipelajari terhadap objek lingkungannya. | Pembelajaran melibatkan respon aktif peserta didik terhadap lingkungannya untuk membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman terhadap lingkungannya. Siswa dapat mengeksplor hal-hal yang berkaitan dengan matematika di lingkungan sekitar. | Pembelajaran menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan dengan teknik diskusi kelompok. Siswa dapat berdiskusi dengan kelompok ketika memecahkan masalah matematika. |
Kesimpulan:
Tujuan dari proses belajar adalah dengan memahami apa yang dipelajari dan dapat menerapkan ilmunya pada kasus sehari-hari. Proses pembelajaran akan berhasil jika siswa memiliki pemahaman terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari. Oleh karena itu, understanding and application cocok untuk diterapkan dalam dunia pendidikan.
Activity 11 – Nature of Teaching
Transfer of knowledge | External motivation | Internal motivation | Construction | Discussion | Investigation | Development | Facilitating | Expository |
Pemindahan pengetahuan dari guru ke siswa dan sebaliknya dari siswa memberikan umpan balik positif terhadap guru. Hal ini dapat diterapkan di kelas yaitu terjadinya interaksi yang positif antara guru dan siswa. | Motivasi yang muncul atau disebabkan bukan dari individu melainkan dari faktor di luar individu seperti: uang, ketenaran, lingkungan, dan lain-lain. | Motivasi yang muncul atau disebabkan dari dalam individu seperti kebutuhan, kesadaran diri akan pendidikan, dan lain-lain. | Membangun kapabilitas siswa untuk proaktif berdiskusi dan menyelesaikan masalah. Guru dapat memberikan poin tambahan bagi siswa yang aktif menjawab pertanyaan maupun menanggapi permasalahan saat diskusi kelas berlangsung. | Proses pembelajaran dengan membuat kelompok-kelompok kecil agar lebih menarik minat siswa untuk belajar. Diskusi kelompok juga dapat membantu siswa yang kurang memahami materi agar dapat dibantu oleh temannya. | Metode pembelajaran berpusat pada siswa dimana siswa meningkatkan pertanyaan, menyelidiki situasi dan mengembangkan kemampuannya untuk mencapai solusi. | Guru sebagai peran utama dalam proses pembelajaran harus terus menerus mengembangkan potensinya dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. | Guru yang berperan sebagai pendidik dan telah berlatih secara khusus dibidang pendidikan harus memandu siswa dalam proses pembelajarannya | Diskusi antara guru dan siswa yang bersifat verbal sebagai landasan utama metode ini. Metode ini sangat menekankan terhadap konukasi verbal dalam upaya mendukung siswa dalam menguasai materi. |
Kesimpulan:
Construction cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran. Tujuan dari mengajar adalah untuk menyalurkan ilmu dan menumbuhkemangkan talenta siswa. Dengan menerapkan construction ini, harapannya siswa akan jauh lebih proaktif dan memiliki umpan balik positif. Sehingga proses belajarnya dapat berjalan dengan lancar.
Activity 12 – Theory of Teaching Mathematics
Expository | Problem solving | Memorize | Drill | Discussion | Practical work | Development | Facilitating |
Guru memfasilitasi siswa untuk aktif berdiskusi dan memberikan umpan balik positif terhadap siswa | Mengajar untuk membantu siswa menemukan dan memecahkan masalah, serta melatih siswa untuk berpikir kreatif. | Metode pembelajaran dengan memusatkan proses mengingat sebagai metode untuk menerima informasi yang dipaparkan oleh guru. | Metode pengajaran dengan berlatih terus menerus sampai mendapatkan keahlian atau kemampuan yang ingin dipelajari | Metode dengan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil untuk memotivasi siswa mengungkapkan pendapat dan melatih agar proaktif funtuk berdiskusi. | Metode pengajaran dengan menggunakan alat peraga untuk memberikan ilustrasi atau gambaran untuk siswa agar mudah dalam memahami perihal yang ingin disampaikan. Alat peraga dalam pembelajaran matematika dapat memudahkan siswa dalam menerima konsep materi yang diajarkan oleh guru. | Pembelajaran tidak hanya berfokus pada penyampaian ilmu atau informasi, namun juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan intelektual individu. | Memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran yang menekankan pada minat serta kemampuan mereka, bukan hanya pada entitas luar. Fasilitas kelas sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, jadi sebaiknya sekolah menyediakan fasilitas yang mendukung pembelajaran siswa agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik. |
Kesimpulan:
Teori problem solving lebih tepat untuk dipilih dalam pembelajaran matematika. Teori tersebut mengajarkan siswa untuk memahami dan menemukan masalah serta menyelesaikannya dengan mengunakan yang tepat sehingga siswa lebih memaknai ilmu yang dipelajari karena mengetahui secara benar apa manfaatnya dan bagaiamana menerapkannya.
Activity 13 – The nature of teaching learning resources
White board, chalk, anti calculator | Teaching aid | Visual teaching aid for motivation | Various resources/environment | Social environment |
Menggunakan media pembelajaran konvensional seperti papan tulis, kapur, untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan mengurangi kebosanan siswa. | Menggunakan berbagai sumber dalam mengajar dan menyampaikan informasi seperti alat peraga audio visual, projector, dan lain-lain. Sumber pembelajaran yang memadai dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar matematika | Penggunakan metode pembelajaran seperti permainan dan ilustrasi visual lain untuk meningkatkan motivasi siswa. Hal ini diharapkan agar siswa tidak mudah jenuh ketika belajar matematika. | Pembelajaran dengan berbagai macam bentuk lingkungan yang berbeda memberi pengaruh pada perkembangan pribadi siswa. | Perilaku individu akan tumbuh dan berkembang dengan bantuan dan pengalaman dari orang lain. Sehingga peran orang lain sangat penting untuk proses pembelajaran ini. |
Kesimpulan:
Ilmu dapat dicari dari berbagai macam sumber. Ilmu juga dapat dimediasi menggunakan berbagai macam media. Oleh karenanya, penerapan various resources / environment tepat untuk dipilih dalam pembelajaran matematika.
Activity 14 – The nature of assessment
External test | Portfolio | Social | Contextual |
Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pengganti mutu, seperti ujian nasional (Baharun, 2016). Penilaian secara eksternal yang dilakukan untuk mengujian mutu pendidikan lokal. | Portofolio merupakan catatan atau kumpulan hasil karya siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur (Santoso, 2014). Guru dapat memberi tugas portofolio kepada siswa untuk menilai keterampilan siswa. | Penilaian sosial adalah proses penjelasan sosial seseorang untuk mengevaluasi suatu yang ada dianggap pantas atau salah bagi aktivitas dengan banyak hal yang menjadi perantara (Mao & Gratch, 2004). | Penilaian yang meliputi proses pengembangan pengetahuan siswa, pelaksanaan obervasi pencarian masalah, pengembangan rasa ingin tahu, pembelajaran dengan proses diskusi, dan rekfleksi atas pembelajaran. |
Kesimpulan:
Pengukuran hasil belajar wajib untuk dilakukan. Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap bidang yang diuji. Salah satu parameter valid yang dapat diterapkan adalah dengan melakukan tes atau ujian dengan standar nasional atau internasional. Oleh karena itu external test lebih pantas untuk diterapkan sebagai acuan untuk melaksanakan proses evaluasi.
Activity 15 – The nature of society
Diversity | Monoculture | Desentralisation | Competency | Multiple solution | Heterogonomous | Social capital | Local culture |
Penerapan prinsip keberagaman terhadap proses pembelajaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. | Peneparan prinsip budaya tunggal dalam proses pembelajaran. Satu sumber yang umum untuk digunakan dan dapat dipercaya. | Pembangunan pendidikan yang menekankan ke bhinekaan. Pola pelaksanaannya harus demokratis dan pemberdayaan masyarakat adalah yang utama. | Siswa diajak untuk berkompetensi atau bersaing dengan teman-temannya secara sehat. | Siswa diberikan stimulus untuk dapat memberikan berbagai macam solusi yang tepat dalam penyelesaian masalah. | Ketika siswa diberi kesempatan untuk bekerja dengan kelompok teman yang berbeda atau dengan topik yang membahas keragaman, mereka dapat menghadapi stereotip dan menemukan kesamaan dengan teman sekelas mereka. | Siswa dapat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan menerapkan ilmu yang diperoleh saat belajar matematika. | Penerapan budaya lokal sebagai acuan dalam proses pembelajaran. |
Kesimpulan:
Dalam dunia pendidikan, society dimaknai sebagai proses komunikasi antara guru dan siswa saat melaksanakan proses belajar dan mengajar. Penerapan desentralisasi ini tepat untuk dilakukan mengingat siswa membutuhkan pendekatan personal dari guru agar tidak takut untuk proaktif berkomunikasi dan bertanya. Selain itu, penerapan desentaralisasi ini mendukung psikologis siswa untuk mudah berdiskuisi dengan temannya dan membangun kepercayaan diri untuk mengeluarkan pendapat.
Activity 16 – The nature curriculum
Instrument curriculum | Subject-based curriculum | Integrated curriculum | Knowledge-based curriculum | Competent-based curriculum | Individual curriculum | Interactive curriculum | ICT based curriculum |
Kurikulum merupakan instrument dasar dalam sistem yang mencakup standar yang diharapkan. | Kurikulum yang dibagi menjdi subjek-subjek yang lebih fleksibel dan sederhana. | Kurikulum terintegrasi merupakan pendidikan yang diselenggarakan dengan membawa berbagai aspek kurikulum menjadi asosiasi yang bermakna untuk bidang studi . Kurikulum yang terintegrasi dengan dengan berbagai macam sumber membentuk sebuah standar baru yang bersifat meluas sebagai acuan pembelajaran. | Kurikulum yang disusun berdasarkan pengetahuan dari guru sehingga lebih cepat untuk diimplementasikan pada peserta didik. | Kurikulum yang disusun untuk berfokus pada kompenten yang akan diperoleh peserta didik dan bukan pada kurikulum yang diharapkan oleh peserta didik. | Merupakan kurikulum yang disusun berdasarakan kondisi dan harapan dari pada individu yang akan menggunakan kurikulum tersebut | Kurikulum yang disusun agar peserta didik mampu memahami dengan mudah apa yang disampaikan oleh guru dan dengan menerapkan kurikulum ini diharapkan mampu menciptakan komunikasi dua arah anatara peserta didik dan pengajar.
| Kurikulum yang disusun dengan menyesuaikan terhadap perkembangan teknologi dalam upaya mendukung sarana belajar dan mengajar dalam dunia pendidikan. |
Kesimpulan:
Dengan perkembangan teknologi jaman sekarang dan kedekatan teknologi seperti smartphone dan tablet membuat ICT based curriculum cocok untuk diterapkan di sekolah. Hal ini akan menjadi pemicu bagi siswa untuk mengekplor ilmu yang cakupannya sangat luas. Penggunaan teknologi dengan benar diharapkan mampu menjadi katalisator siswa dalam memahami ilmu yang dipelajari.
Activity 17 – The nature of student learn mathematics
Individual | Competition | Motivation | Readiness | Scaffolding | Collaborative | Constructing | Contextual | Enculturing |
Setiap individu memiliki gaya belajar yang unik. Gaya belajar tersebut juga diikuti dengan faktor lingkungan belajar yang nyaman bagi individu tersebut. | Kompetisi merupakan pemicu interaksi antar siswa yang akan membawa dampak positif bagi proses pembelajaran. | Motivasi merupakan bagian internal setiap individu yang tidak bisa secara langsung diamati namun dapat dirasakan perubahannya. Motivasi dipengaruhi dari berbagi faktor diantaranya lingkungan, reward, kebutuhan, dan bimbingan dari ahli. | Kesiapan belajar matematika harus dipersiapkan terlebih dulu sebelum proses belajar. Hal ini bertujuan agar siswa lebih mampu menyerap ilmu degan baik dan cepat. | Pemberian bantuan secukupnya pada siswa saat sedang proses belajar. Pemberian bantuan tersebut meliputi eksplaining, reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking. | Pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok bertujuan untuk mengembangkan fokus utama dari belajar metematika adalah memberdayakan siswa untuk berpikir dalam mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan para ahli, bukan menjalankan pengetahuan prosedural yang telah ditemukan oleh para ahli matematika sebelumnya ukakan pendalat dan berdiskusi. | Teori konstruksi merupakan landasan utama dalam pembelajaran kontekstual. Fokus utama dalam belajar adalah memberdayakan siswa untuk berpikir dalam mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan para ahli, bukan menjalankan pengetahuan prosedural yang telah ditemukan oleh para ahli matematika sebelumnya | Pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata. | Budaya metematika sangat memperngaruhi keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Gambaran yang salah tentang matematika sebagai suatu disiplin dapat menghambat siswa bahkan berbakat dalam mengembangkan hubungan yang positif dengan pengetahuan matematika. |
Kesimpulan:
Kolaboratif merupakan komponen yang harus dibangun sejak di bangku sekolah. Bekerja secara individu sudah dibantu dan difasilitasi dengan pemberian pekerjaan rumah oleh guru. Kemudian, yang belum terfasilitasi adalah bagaimana siswa dapat bekerja sama dengan temannya untuk memecahkan dan menjawab persoalan secara bersama-sama. Banyak hal yang dapat dipelajari oleh siswa baik secara psikologis, moral, maupun bidang studi seperti: toleransi, kepercayaan diri, keberanian mengungkapkan pendapat, public speaking, leadership, intuisi, dan lain-lain. Oleh karena itu, penerapan kolabolatif sangat diperlukan.
Activity 18 – The nature of mathematical thinking
Subjective | Objective | Producing | Critizing | Constructing | Social activity | Attitude | Content | Method | Conjecture | Embodient |
Unsur subjektif merupakan pengalaman yang tidak dapat dibuktikan keberadaannya secara ilmiah namun berpengaruh saat dalam proses belajar matematika | Dalam berpikir metematis harus ditentukan sebuah obejktif yang jelas. Obejektif tersebut haruslah terukur dan dapat dibuktikan secara ilmiah. | Berpikir kreatif untuk mencari dan menemukan solusi berpikir. Kreatifitas dapat diperoleh dengan cara berlatih terus menerus serta dapat dipicu dengan menggunakan ilustrasi dan diskusi aktif. | Berpikir kritis sebagai orientasi dalam berpikir matematis. Memecahkan masalah dan menemukan masalah secara mandiri merupakan hal yang dibangun oleh cara berpikir ini. | Melatih dan membangun berpikir secara matematis dengan cara berdiskusi dan mencari titik masalah. | Faktor sosial juga menjadi pertimbangan dalam pembelajaran matematika seperti diskusi, kerja kelompok, suasana lingkungan belajar dan suasana kelas. | Bersikap terbuka untuk menerima matematika merupakan hal yang dapat memperlancar proses belajar matematika. Mengatur mindset sedemikian rupa adalah hal yang wajib untuk dibina oleh pengajar dan dikembangkan secara mandiri oleh peserta didik. | Pembelajaran berfokus pada metode dan materi. Materi secara khusus diatur untuk proses penyampaian tersebut | Berpikir matematis secara metode selalu menggunakan prosedur dalam pelaksanaannya. Kemampuan analisis mulai dari menemukan masalah sampai dengan pemecahan masalah secara terstruktur disampaikan. | Berpikir matematis berlandaskan teori dan hipotesis dan dapat dibuktikan secara ilmiah. | Matematika sebagai permodelan dari konsep pendekatan yang dapat diaplikasikan kepada kasus nyata . |
Kesimpulan:
Berfikir secara matematis membutuhkan tingkat pemikiran yang kritis. Kritis dalam hal ini adalah mampu berpikir secara luas, tidak terbatas pada pengetahuan yang dimiliki saat ini, dan mampu memahami secara detil ilmu matematika. Berpikir kritis juga memiliki manfaat untuk melatih daya pikir siswa untuk lebih baik sehingga memiliki segi positif untuk diterapkan.
Pendidikan Matematika dan Aplikasinya
Ideologi merupakan paham yang dapat dianut untuk kepentingan bersama. Ideologi dalam dunia pendidikan memiliki berbagai macam jenis salah satunya adalah ideologi pendidikan. Ideologi pendidian ini menekankan terhadap nilai-nilai persamaan hak dan kewajiban peserta didik. Demokrasi pendidikan hanya dapat diwujudkan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis (Setiyadi, 2008).
Seiring berjalannya waktu, perkembangan ideologi semakin fleksibel terhadap tuntutan jaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi tuntutan tersebut adalah berkembangnya teknologi yang pesat. Perkembangan teknologi menggiring dunia pendidikan untuk terus beradaptasi. Teknologi harus dimanfaatkan sebagai sarana yang memudahkan proses belajar dan mengajar. Pendidikan haruslah menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kehidupan baik sekarang ataupun di masa yang akan datang. Tujuan transformasi pendidikan yaitu untuk membentuk dan menghasilkan manusia yang siap dalam menghadapi tantangan perubahan globalisasi (Rinawati, 2015).
Teknologi dilahirkan dari matematika. Maka, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh setiap individu. Mata pelajaran ini merupakan ilmu eksak yang mana kecil terjadi dualisme nilai dan perbedaan hasil jika sudah menggunakan metode perhitungan yang sama. Kebenaran matematika dapat dibuktikan dan bersifat mutlak tetapi tidak menutup kemungkinan selalu mutlak jika dapat dibuktikan kontradiksinya.
Membuktikan kebenaran dari matematika, biasanya seperti membuktikan teorema, aksioma, aljabar, dan logika memiliki tantangan tersendiri bagi para siswa. Sebelum melakukan aktifitas pembuktian, para siswa sebelumnya juga harus menguasai terlebih dulu mengenai matematika dasar sampai dengan matematika lanjut sebagai bekal untuk berpikir. Selain itu mereka juga harus dilatih untuk berpikir kritis sehingga mampu menemukan dan memecahkan masalah. Pemecahan masalah merupakan salah satu bagian dari standar kompetensi atau kemahiran matematika yang diharapkan. Peserta didik juga dituntut dapat menunjukkan kemampuan untuk membuat atau merumuskan, menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah (Permatasari et al., 2014).
Mempelajari matematika seringkali siswa tidak mengetahui apa manfaatnya di kehidupan sehari-hari. Pembuktian matematika akan jauh lebih efektif diterima oleh siswa apabila sekaligus langsung berkenaan dengan menjelaskan manfaatnya di dunia nyata. Sedini mungkin, siswa harus mengetahui bahwa matematika merupakan ilmu terapan yang banyak dibutuhkan baik di kehidupan sehari-hari ataupun dalam bentuk yang lain. Belajar dianggap berhasil jika siswa dapat memahami lingkunganya dan dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat (Qodir, 2017) bahwa proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
Untuk dapat menyalurkan ilmu matematika kepada siswa seperti yang diharapkan di atas, guru harus menyusun alur pembelajaran. Pembelajaran matematika adalah suatu proses sistemik, interaktif dan komunikatif untuk mengkaji bahasa simbol berdasarkan pikiran yang secara multiarah dilakukan oleh siswa dan guru serta lingkungan belajar (Saputra, 2018). Sebaiknya guru menyusun agar pembelajaran matematika dilaksanakan dengan terstruktur, baik secara materi maupun teknik penyampaiannya sehingga memiliki alur dan harapannya dapat diikuti dengan mudah oleh siswa.
Belajar adalah proses dalam membentuk karakter. Seringkali dijumpai bahwa belajar hanya mengedepankan menghafal dan terbiasa mengerjakan soal. Dalam dunia Pendidikan, guru juga seringkali melupakan bahwa dalam mengajar juga harus diterapkan pendidikan karakter kepada siswa. Pendidikan karakter adalah sebuah proses pemberian tuntunan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter (Farida, 2010). Siswa dibentuk untuk melatih cara berpikir mereka dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru tidak memiliki peran banyak, melainkan siswa sendiri yang berkembang membentuk karakter belajarnya.
Dalam proses belajar usaha siswa sangat berkontribusi terhadap keberhasilannya dalam mencapai pembelajaran tujuan mereka (Barnett et al., 2014). Siswa dapat memahami konsep matematika dengan berbagai cara seperti bertanya kepada teman, bertanya kepada guru, membaca buku, mencari di internet, dan mengerjakan latihan soal. Selain itu, guru juga harus memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bersemangat dalam mencari ilmu.
Pendidikan matematika berorientasi pada pengembangan kecerdasan dan wawasan seluas-luasnya. Di samping itu, menyelesaikan soal matematika menggunakan konteks sangat penting digunakan dalam pembelajaran karena merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk membantu menggunakan kemampuan matematikanya dalam kehidupan sehari-hari (Parnabhhakti & Ulfa, 2020).
Sebagai tenaga pendidik, guru harus memfasilitasi siswa dalam belajar dengan baik. Fasilitas tersebut bukan hanya dari segi lingkungan belajar, teman duduk, buku, kuis, dan sebagainya, namun lebih bersifat diskusi dan umpan balik yang positif. Guru harus membangun keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat, menjawab dipapa tulis, serta menjelaskan jawabannya. Terkadang juga harus dilakukan pemecahan kelas ke dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi mereka. Tujuan dari kegiatan di atas adalah untuk menumbuhkembangkan intelektual dan menggali potensi dari siswa.
Materi belajar sangat banyak sumbernya. Dengan banyaknya sumber yang diketahui oleh siswa tersebut, maka mereka akan bingung untuk memprioritaskan sumber mana yang terpercaya dan dapat dipelajari terlebih dulu agar tidak membuah waktu. Sebagai pengajar, guru bertugas untuk mengintegrasikan materi yang banyak dan dari sumber yang bermacam-macam menjadi satu sumber yang padat, jelas, dan mudah dimengerti. Untuk lebih meningkatkan ketertarikan siswa, dapat dilakukan pemodelan belajar menggunakan ilustrasi seperti alat peraga, gambar, video, animasi, film, dan lain-lain.
Dalam proses pembelajaran matematika diperlukan sifat berpikir secara matematis. Berpikir secara matematis tidak mudah untuk diterapkan. Guru terlebih dulu harus memberikan motivasi terhadap siswa. Motivasi merupakan bagian internal setiap individu yang tidak bisa secara langsung diamati namun dapat dirasakan perubahannya. Motivasi dipengaruhi dari berbagi faktor diantaranya lingkungan, reward, kebutuhan, dan bimbingan dari ahli. Setelah memotivasi dapat dilakukan pendampingan dengan cara desentralisasi atau tersebar secara menyeluruh agar memiliki kedekatan personal dengan siswa, dan siswa merasa nyaman karena diperhatikan oleh guru. Dengan demikian harapannya dapat memfasilitasi siswa untuk belajar matematika dengan nyaman dan berfikir matematis.
Proses evaluasi diperlukan dalam mengukur tingkat pemahaman siswa. Eksternal tes atau ujian nasional seringkali diselenggarakan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik. Siswa yang memiliki nilai tinggi cenderung mendapatkan reward tinggi pula. Padahal ,dalam kasus nyata siswa dengan nilai tinggi belum tentu unggul terhadap siswa dengan nilai yang lebih rendah dalam proses penilaian sehari-harinya. Bangsa ini perlu memperbaiki proses assessment ini. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses yang saat ini berjalan adalah dengan merubah dan membuat kurikulum baru. Kurikulum tersebut harus sesuai dengan kompetensi yang ada pada siswa dan memenuhi ekspektasi siswa itu sendiri. Bukan untuk kepentingan sekolah, pribadi, ataupun kepentingan golongan. Kurikulum yang baik akan membuat pendidikan bangsa ini menjadi lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M., Chamalah, E., & Wardani, O. P. (2013). Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT) (Vol. 392). https://doi.org/10.1007/s00423-006-0143-4
Baharun, H. (2016). Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Madrasah. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 3(2).
Barnett, M. D., Sonnert, G., & Sadler, P. M. (2014). Productive and ineffective efforts: how student effort in high school mathematics relates to college calculus success. International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, 45(7), 996–1020. https://doi.org/10.1080/0020739X.2014.902131
Farida, N. (2010). KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT THOMAS LICKONA DALAM BUKU EDUCATING FOR CHARACTER: HOW OUR SCHOOLS CAN TEACH RESPECT AND RESPONSIBILITY DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. UIN Sunan Kalijaga. Diambil dari http://wfa.ust.hk/women_matter_asia_files/Women_Matter_Asia.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.paid.2014.01.052%0Ahttps://www.mckinsey.com/featured-insights/leadership/the-leadership-journey-of-abraham-lincoln?cid=other-eml-alt-mkq-mck-oth-1805&hlkid=145b6955e
Mahmudi, A. (2019). PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK KECAKAPAN HIDUP DI ERA DIGITAL, 22(11), 1–8.
Mao, W., & Gratch, J. (2004). Social judgment in multiagent interactions. Proceedings of the Third International Joint Conference on Autonomous Agents and Multiagent Systems, AAMAS 2004, 1(February), 210–217. https://doi.org/10.1109/AAMAS.2004.246
Mualifah, I. (2013). PROGRESIVISME JOHN DEWEY DAN PENDIDIKAN PARTISIPATIF PENDIDIKAN ISLAM. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 01(5), 121.
Parnabhhakti, L., & Ulfa, M. (2020). PERKEMBANGAN MATEMATIKA DALAM FILSAFAT. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 1(1), 11–14.
Permatasari, N. Y., Margana, A., & Masalah, A. L. B. (2014). Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Dengan Model Pembelajaran Treffinger. Mosharafa, 3(1), 31–42.
Pusposari, D. (2017). Pendidikan Yang Demokratis Dalam Era Global. Seminar Nasional: PS PBSI FKIP Universitas Jember, 83–98.
Qodir, A. (2017). Teori Belajar Humanistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pedagogik, 04(02), 193–194. Diambil dari www.ejournal.unuja.ac.id
Rahayu, T. (2016). PEMIKIRAN LIBERALISASI PENDIDIKAN DARMANINGTYAS DAN RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM. Universitas Negeri Sunan Kalijaga.
Rahmah, N. (2018). Hakikat Pendidikan Matematika. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(2), 1–10. https://doi.org/10.24256/jpmipa.v1i2.88
Rinawati, A. (2015). Transformasi Pendidikan untuk Menghadapi Globalisasi. Ekuitas: Jurnal Pendidikan Ekonomi, 3(56), 93–103. https://doi.org/10.23887/ekuitas.v3i1.12783
Rohman, A. (2014). Akar Filosofis Dan Ideologis Kebijakan Kurikulum Pendidikan. Seminar Nasional Pendidikan DEMA-F Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Suka, 1–10. Diambil dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/132107030/penelitian/akarideologiskebijakanmakalahseminarnasional.pdf
Sanaky, H. (1999). Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern. JPI FIAI Jurusan Tarbiyah, V(8), 1–12.
Santoso, B. (2014). Penilaian Portofolio Dalam Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 31–38. https://doi.org/10.22342/jpm.1.2.811.
Saputra, D. (2018). PENGARUH STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE DENGAN TUTOR SEBAYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 BATU. Universitas Muhammadiyah Malang. Diambil dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7556065%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC394507%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.humpath.2017.05.005%0Ahttps://doi.org/10.1007/s00401-018-1825-z%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27157931
Setiyadi, A. C. (2008). MENURUT JOHN DEWEY Alumni Institut Studi Islam Darussalam ( ISID ) Gontor Abstrak Berbicara tentang pendidikan , kita semua pasti sudah tahu bahwa pendidikan memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan ini . Hal tersebut telah menjadikan pendidikan. At-Ta’dib, 5, 77–102.
Simamora, R. E., Saragih, S., & Hasratuddin, H. (2018). Improving Students’ Mathematical Problem Solving Ability and Self-Efficacy through Guided Discovery Learning in Local Culture Context. International Electronic Journal of Mathematics Education, 14(1), 61–72. https://doi.org/10.12973/iejme/3966
Swari, I. S. K., Kartono, & Walid. (2019). Pentingnya Fast Feedback Terhadap Komunikasi Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika. Prisma, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2, 659–667.
Vidiya Risna Dewi, Syamsuri, E. K. (2019). Karakteristik motivasi ekstrinsik dan intrinsik siswa SMP dalam belajar matematika. Penelitian Pengajaran Matematika, 1, 116–128.
Wikandaru, R., & Cahyo, B. (2016). Landasan Ontologis Sosialisme. Jurnal Filsafat, 26(1), 112. https://doi.org/10.22146/jf.12627
Yunus, A. F. (2017). Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya Terhadap Agama Islam. Jurnal Online Studi Al-Qur an, 13(1), 76–94. https://doi.org/10.21009/jsq.013.1.06
#MarsigitLydia #MathematicsRoom #Marsigit2020 #Filsafat_ilmu #Lydia_Yeckti_Henawati
Sangat bagus, terimakasih materinya..
BalasHapus